1.
Sitor Situmorang
SALJU DAN RANTING
Salju dan ranting di kaca
Sunyi putih, tak lahir kuasa
Sunyi putihmu musim tak lalu
Salju dan ranting di kaca
Membenam suara, ingin terhenti
Sunyi menyusup wajah mati
Salju dan ranting di kaca
Angin di dalam ia tiada lalu
Air di tempat berkaca beku
Salju dan ranting di kaca
Setiap musim ia dulu
Salju dan ingin sama tertunggu
Janganlah musim ini berakhir
Refrensi: Simorang, Sitor. 2016. Dalam Sajak, Bandung: PT
Dunia Pustaka Jaya.
2.
Amir Hamzah
TERBUKA BUNGA
Terbuka bunga dalam hatiku!
Kembang rindang disentuh
bibir-kesturi-mu.
Melayah-layah mengintip restu senyumanmu.
Dengan mengelopaknya bunga ini, layulah bunga lampau, kekasihku.
Bunga sunting-hati-ku, dalam masa menggembara menanda dikau.
Kekasihku! Inikah bunga sejati tiada kan layu!
Refrensi: Rosidi, Ajib. 2013. Amir
Hamzah Sang Penyair, Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.
3.
Sapardi Djoko Damono
SEHABIS SUARA GEMURUH
Sehabis suara gemuruh itu yang tampak olehku hanyalah
Tubuhmu telanjang dengan rambut terurai
Mengapung di permukaan air bening yang mengalir tenang –
Tak kausahut panggilanku
(1973)
Refrensi:
Damono, Sapardi Djoko. 2015. Hujan Bulan Juni Sepilihan Sajak, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
4.
Chairil Anwar
DARI DIA
Buat K.
Jangan salahkan aku, kau kudekap
Bukan karna setia, lalau pergi gemerencing ketawa!
Sebab perempuan susah mengatasi
Keterharuan penghidupan yang ‘kan dibawakan
Padanya…
Sebut namaku! ‘ku datang kembali ke kamar
Yang kautandai lampu merah, kaktus di jendela,
Tidak tahu buat berapa lama, tapi pasti di senja samar
Rambutku ikal menyinar, kau senapsu dulu kuhela
Sementara biarkan ‘kuhidup yang sudah
Dijalankan dalam rahsia…
(Cirebon 1946)
Refrensi: Anwar, Chairil. 2016. Aku Ini Binatang Jalang,Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
5.
W.S. Rendra
LAGU
SERDADU
Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak
Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali
Wahai, tanah yang baik untuk mati
Dan kalau ku telentang dengan pelor timah
cukilah ia bagi puteraku di rumah
(Nopember 1959)
WS. Rendra
http://vidictians.blogspot.co.id/p/ws-rendra.html (diakses pada 18 Februari
2017)
6.
Joko Pinurbo
AKU TIDUR BERSELIMUTKAN UANG
Aku tidur berselimutkan uang.
Ketika bangun, tahu-tahu tubuhku sudah telanjang.
(2002)
Refrensi: http://www.jendelasastra.com/dapur-sastra/belajar-menulis/kumpulan-puisi-karya-joko-pinurbo-2002 (Diakses pada 18 Februari 2017)
7.
Afrizal Malna
MITOS-MITOS KECEMASAN
Kota kami dijaga mitos-mitos kecemasan. Senjata jadi kenangan
tersendiri di hati kami, yang akan kembali membuat cerita, saat- saat kami
kesepian. Kami telah belajar membaca dan menulis di situ. Tetapi kami sering mengalami
kebutaan, saat merambahi hari-hari gelap gulita. Lalu kami berdoa, seluruh
kerbau bergoyang menggetarkan tanah ini. burung-burung beterbangan memburu
langit, mengarak gunung-gunung keliling kota.
Negeri kami menunggu hotel-hotel bergerak membelah waktu, mengucap
diri dengan bahasa asing. O, impian yang sedang membagi diri dengan
daerah-daerah tak dikenal, siapakah
pengusaha besar yang memborong tanah ini. Kami ingin tahu di mana
anak-anak kami dilebur jadi bensin. Jalan-jalan bergetar, membuat kota-kota
baru sepanjang hari.
Radio menyampaikan suara-suara ganjil di situ, dari kecemasan
menggenang, seperti tak ada, yang bisa disapa lagi esok pagi.
1985
Refrensi: http://www.jendelasastra.com/dapur-sastra/dapur-jendela-sastra/lain-lain/puisi-puisi-afrizal-malna (diakses pada tanggal 18
Februari 2017)
Dua definisi
puisi serta penjelasannya
1.
Puisi ialah penggambaran suatu keadaan yang dialami seseorang.
Definisi
ini digambarkan pada puisi Joko Pinurbo yang berjudul aku tidur berselimutkan uang dimana dalam puisi tersebut menggembarkan
seorang kupu-kupu malam yang baru saja bangun dari pekerjaan malamnya.
2.
Puisi ialah ungkapan perasaan seseorang yang tengah dirasakan.
Definisi
ini digambarkan dalam puisi afrizal malna yang berjudul mitos-mitos
kecemasan. Pada puisi tersebut mereka mengungkapkan perasaan mereka yang
tengah gundah serta was-was.